Selasa, 13 Juli 2010

Zakat: Alternatif Melawan Kapitalisasi Pendidikan

Oleh : Lailatul Fithriyah A

Ketua PDNA Kota Malang


Dalam sebuah short course tentang akselerasi pencapaian mutu pendidikan, saya merasa sangat kecewa dengan tanggapan seorang nara sumber terhadap pertanyaan dan usulan mengenai kemungkinan terwujudnya sebuah sistem pendidikan murah dan berkualitas. Dengan nada pesimis, sang narasumber yang pakar dan praktisi pendidikan itu berpendapat bahwa sangat tidak rasional di zaman sekarang ini menginginkan pendidikan murah dan berkualitas. Lebih lanjut dia berargumen bahwa di balik tingginya biaya pendidikan, terdapat nilai tawar dan kompetisi pendidikan. Karena jika pendidikan berkualitas, meski dengan biaya mahal orang akan tetap membayarnya.


Pendapat narasumber ini tidak sepenuhnya salah. Hanya yang disesalkan adalah, sebagai pelaku pendidikan, secara tidak langsung ia telah terbawa oleh opini akan menguatnya komersialisasi dan kapitalisasi pendidikan. Di mata masyarakat, standar baik buruknya kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh seberapa jauh tranformasi nilai-nilai moral, keilmuan dan agama pada peserta didik, melainkan oleh tinggi rendahnya biaya. Sehingga unggul tidaknya suatu sekolah sangat bergantung kepada besarnya biaya pendidikan. Tidak jarang, sumbangan pendidikan yang terkadang secara salah kaprah dinamakan amal jariyah dipaksakan dan ditentukan pula batas waktu pembayarannya. Akibatnya, jika dalam waktu yang telah ditentukan calon siswa tidak bisa memenuhi biaya tesebut, maka ia akan digeser oleh siswa lain yang lebih mampu secara ekonomis. Karena itu, kesan bahwa sistem pendidikan di negeri ini telah tercampuri oleh kepentingan capital menjadi tak terhindarkan.

Ironisnya, kecenderungan kapitalisasi pendidikan ini diamini pula oleh masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Akibat menguatnya tingkat konsumerisme masyarakat, mengirim anak ke sekolah-sekolah mahal dianggap sebagai prestige. Seakan gayung bersambut, tawaran tingginya biaya di sekolah-sekolah dengan dalih peningkatan kualitas, disambut baik dan banyak diminati. Menjamurnya tawaran sistem baru dalam pendidikan seperti full-day school, bilingual school, sekolah alam, dan lainnya seakan hanya kemasan yang dijajakan untuk menarik minat pembeli.


Melihat kenyataan ini, bagaimana dengan pendidikan kaum miskin yang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja sangat sulit? Benarkah pendidikan hanya dapat dinikmati oleh masyarakat ekonomi atas? Dari sini jelaslah bahwa kesenjangan ekonomi sangatlah berpengaruh terhadap aksesibilitas pendidikan. Dalam konteks ini, menarik untuk menyertakan zakat sebagai sarana penanggulangan kemiskinan dalam hal pendidikan.

Dalam Islam, semua ibadah tidak hanya bernilai ritual, melainkan tersirat pula dimensi sosial. Disyari’atkannya zakat, di samping sebagai sarana pembersihan dan penyucian jiwa dan harta (QS. 9: 61), hakekat utama zakat adalah untuk mengantisipasi terjadinya kesenjangan ekonomi dalam masyarakat sehingga kesejahteraan hidup tidak hanya menjadi previlese orang-orang kaya (QS. 59: 7). Bagi yang diberi kelebihan harta hendaklah menyadari bahwa di dalam harta mereka terdapat pula hak orang-orang miskin, sehingga mereka tidak enggan untuk berbagi.


Jika ditarik pada konteks pendidikan, kesenjangan ekonomi dan sosial pada mayarakat kelas atas dan bawah merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya kualitas pendidikan. Terlebih jika yang menjadi ukuran kualitas adalah terpenuhinya segala sarana dan prasarana yang memadai. Tersedianya laboratorium, alat peraga, sarana dan media penunjang pendidikan yang semua itu tidak menjadi kendala bagi kalangan menengah untuk memperolehnya. Sementara bagi masyarakat kelas rendah, sangat sulit bagi mereka untuk memenuhi mengingat untuk biaya operasional sehari-hari masih sangat jauh dari cukup. Dalam hal inilah distribusi zakat pada aspek pendidikan menjadi penting.


Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana zakat yang masih dikelola secara tradisional, belakangan muncul ide kreatif dari para pelaku pendidikan untuk menghimpun dan mengelola penerimaan zakat para siswa di sekolah masing-masing, terutama sekolah-sekolah high class, dengan cara mewajibkan peserta didik untuk menyerahkan zakat fitrah (sebagai zakat yang wajib dikeluarkan tiap jiwa) kepada pihak sekolah. Dari sini pihak sekolah akan menyalurkan zakat kepada mustahiq yang salah satu di antaranya adalah orang yang berjuang fii sabilillah di bidang pendidikan, berdasarkan hadits Nabi “Barang siapa yang keluar (rumah) untuk berangkat menuntut ilmu, maka dia berada dalam sabilillah”.


Penyaluran ini bisa melalui aksi penyertaan siswa dalam kunjungan ke sekolah-sekolah yang belum mapan, sehingga anak dapat menyaksikan sendiri keadaan sekolah-sekolah tersebut. Kegiatan semacam ini setidaknya bisa menjadi pelajaran berharga bagi mereka, baik oleh muzakki (pemberi zakat) maupun mustahiq. Bagi muzakki, hal ini berpotensi untuk mengembangkan afeksi mereka di bidang kepekaan sosial. Manfaat kegiatan ini akan dirasakan juga oleh mustahiq. Jika mustahiq adalah individu, maka santunan itu akan sangat berarti bagi kelanjutan pendidikan mereka. Terlebih jika zakat itu didistribusikan secara kelembagaan, maka secara otomatis dapat mensejahterakan sekolah dengan memenuhi sarana dan prasarana pendidikan. Dengan ini, pendidikan berkualitas tidak hanya dinikmati kalangan ekonomi mapan, kawula alitpun turut merasakannya.


Minggu, 11 Juli 2010

Ratusan Polisi Israel Menyerbu Masjid Al Aqsha

Jerusalem (Berita SuaraMedia)- Pasukan Israel menyerbu pelataran Al-Aqsha dan mengepung sajumlah bangunan di dalamnya, dimana terdapat puluhan kaum muslimin yang sedang melakukan Itikaf.
Sementara itu, jemaah kaum muslimin tidak mau meninggalkan tempat, karena tersebar isu kelompok yahudi radikal akan menyerang tempat tersebut.
Menurut saksi mata yang ada di sekitar itu menyebutkan, sebanyak 200 polisi Zionis mengepung bangunan masjid sejak dini hari tadi (28/2). Mereka meminta jamaah itikaf meninggalkan masjid. Namun, jamaaah Itikaf malah bertakbir di dalam masjid dan menyerukan kaum muslimin yang berada di luar masjid, khususnya yang berada di distrik Kota Lama untuk mendatangi Masjid Al-Aqsha.
Selanjutnya kepolisian Israel menembakan gas air mata ke arah warga yang berusaha memasuki pelataran masjid, hingga 12 diantara mereka mengalami sesak napas. Merek datang melalui pintu, al-Majlelis, salah satu pintu utama masjid Al-Aqsha. Seorang nenek dilarikan ke rumah sakit akibat insiden ini seperti dikutip AFP di Jerusalem, Minggu.
"Para jamaah Muslim melemparkan batu ke para pengunjung di tempat itu hari ini, dan pasukan kami telah memasuki kompleks itu dan melakukan penangkapan," kata juru bicara Micky Rosenfeld."Sekitar 30 orang muda terkurung di dalam masjid itu, dan sebagai tindakan berjaga-jaga kami memutuskan untuk memberikan akses ke kompleks masjid itu hanya untuk pria berusia di atas 50 tahun, serta wanita dan anak-anak," tambahnya.Belasan polisi anti huru hara dikerahkan ke jalan-jalan sempit Kota Tua sementara pengumuman di siarkan melalui pengeras suara dan menara-menara masjid menyerukan umat Islam "meyelamatkan Jerusalem, demikian seorang koresponden AFP.Seorang pejabat Komite Tertinggi Islam Jerusalem mengatakan warga Palestina yang melemparkan batu ke orang-orang mereka adalah kelompok garis keras Yahudi yang bermaksud berdoa di lokasi itu dan merusak status quo yang sulit itu."Mereka melemparkan batu-batu karena para pemukim Israel telah mengepung komplks itu dua atau tiga hari dan mengatakan mereka berniat memasuki kompleks masjid itu Ahad atau Senin untuk berdoa di Al Aqsa," kata Adnan Husseini kepada AFP.Para warga Yahudi merayakan hari libur Purim Ahad dan Senin. Kompleks masjid Al Aqsa adalah tempat paling suci ketiga Islam setelah Mekah dan Medinah.Kompleks itu adalah lokasi tersuci di dunia bagi warga Yahudi, yang yakin adalah lokasi Kuil Kedua yang dibakar oleh kaum Romawi pada 70 tahun sebeeum Masehi , dan menyebutnya sebagai Temple Mount.Lokasi itu telah menjadi perebutan keras selama puluhan tahun , dan aksi perlawanan rakyat Paletina kedua atau intifada, yang meletus di sana September 2000 setelah kunjungan Ariel Sharon, politisi sayap kanan yang menjadi perdana menteri waktu itu.Bentrokan-bentrokan meletus di beberapa kesempatan yang di mulai September lalu setelah para jamaah Muslim melemparkan batu ke orang-orang yang mereka yakin adalah kelompok garis keras Yahudi yang berusaha berdoa di lokasi itu dalam liburan-liburan kaum Yahudi.Pihak berwenang Israel menegaskan para pengunjung itu adalah turis-turis Prancis.Kerusuhan terbaru itu terjadi setelah beberapa bentrokan di kota Tepi Barat Al Khalil (Hebron) menyangkut rencana Israel untuk merenovasi Makam Kepala -Kepala Keluarga di tempat itu satu lokasi tua yang dihormati umat Islam dan kaum Yahudi.(afp/nt/pic)
Sumber : www.suaramedia.com